Pages

Wednesday, August 15, 2012

Kembali lagi...


Berbulan menyepi, ulah talian internet yang menagih kesabaran tahap tinggi. Dan tanpa disangka, ia kembali meneruskan tugas.. dan kini aku kembali....

RAMADHAN
1 Ramadhan disambut penuh kesyukuran. Namun, jauh di sudut hati, ada nyali bila terkenang saat dia 'kembali.' Af-Fateha buat Imma. Sudah setahun rupanya kita terpisah. Namun rasa ini masih seperti dahulu. Gagal kompromi!! Kini, pada minggu terakhir Ramadhan, suasana makin terasa sunyi. Hajat untuk kembali ke kampung halaman terpaksa ditunda seketika. Insyaallah, masih ada waktu untuk itu semua.

JERANGKANG, MARAN, PAHANG
Maran, untuk kesekian kalinya aku kembali ke sini. Kali ini untuk menjelajah gugusan air terjun antara yg tercantik di Pahang. Setelah perancangan tertunda beberapa kali, akhirnya kami berjaya jugak menawan Jerangkang. Perjalanan menaiki lori melalui jalan tanah merah selama 45 minit menggamit memori zaman kanak-kanak. Memasuki hutan dengan pacuan 4 roda, yang kadang kala memakan masa sehari suntuk, antara kenangan yang sukar luput di minda. Menikmati damai alam dan siulan rimba adalah kebahagiaan yang tiada tara. Apatah lagi dengan dingin air dari puluhan air terjun yang tersedia. Pengalaman ini akan segar   sepanjang masa. Terima kasih Tuhan atas rahmatMu...

KST MOUNT NUANG EXPEDITION 2012
7 Julai 2012. Menjadi antara tenaga penggerak ekspedisi Nuang kali ini sedikit menggentarkan aku. Inilah julung kali aku mengemudi peserta seramai hampir 70 orang menjelajah Nuang. Meski hanya setakat kem Lolo, namun dengan angka seramai itu aku tetap gusar. Apatah lagi dengan latar belakang yang berbeza-beza, dan pengalaman yang juga pastinya berbeza. Alhamdulillah semuanya selamat kembali tanpa insiden yang merencatkan perancangan. 

MT KINABALU - TO BE..
Tergerak di hati untuk melakukan kembara yang lebih besar. Destinasi pertama yang terlintas adalah kemuncak tertinggi di Asia Tenggara, Gunung Kinabalu. Meski cabarannya tidaklah sehebat Tahan, namun ada sesuatu yang ingin dilunaskan. Insyaallah, tahun hadapan aku kan berada di sana... 

Friday, June 29, 2012


SIMPLE GUIDE
FOR BEGINNER HIKERS


1. PREPARATION
- Health condition, Equipment / attire, Exercise

2. FOCUS / ATTENTION
- Pay attention to both trail in front and the one under your feet. You are not just walking!

3. WEARING A PROPER ATTIRE / EQUIPMENTS
- Boot, shoes, sandals, hat/ cap, sunblock
-walking stick
- Avoid wearing make-up as you’ll just sweat it off.
- don’t spray yourself with strong scents as they can attract both animal and insect life

4. KNOWLEDGE
i. Geography, map, GPS
ii. Weather
Unpredictable especially on mountain and rainforest
iii. Miscalculating
Reach the peak/ set point is only fulfill halfway of your target. Another one is to return to the starting point with save condition.

5. SAFETY
i. Inform your relatives and the authorities or your friends where you will be.
ii. Back up emergency plans
iii. Wild animal
– you are not at zoo. Animal could quickly become dangerous if they feel threatened.
iv. First Aid


6. LEAVE NO TRACE
Take only photographs and leave only your foot print!!!

7. RESPECT
i. NatureIf you need to go "number one," do so far away from the trail and any natural water sources. If you need to go "number two," dig a hole first and cover it when you are done. Carry toilet paper with you, or use a leaf to wipe — just make sure it's not poisonous!
ii. Culture
iii. Privacy
iv. Life

DO
I.                    INFORMED PEOPLE
II.                  MAKE RESEARCH BEFORE HEADING OUT
III.                HIKE WITH FRIENDS OR GROUP
IV.                BRING BASIC EQUIPMENT
V.                  ALWAYS STICK TO THE TRAIL
VI.                DRINK A LOT OF WATER TO AVOID DEHYDRATION
VII.              TAKE REGULAR BREAKS

DON’T
I.                    DON’T WEAR UNPROPER ATTIRE
II.                  DON’T HIKE ALONE
III.                DON’T DISTURB ANIMALS OR THEIR HOME
IV.                DON’T PICK FLOWER OR OTHER PLANTS
V.                   DON’T BLARE LOUD MUSIC OR TALK TOO LOUDLY. Enjoy the quietness of nature and show your respect to other hikers.
VI.                DON’T LITTER
VII.              DON’T STAY ON TRAIL THAT IS TOO DIFFICULT TO YOU
VIII.            DON’T PUT A STRONG SCENT
IX.                DON’T GO BEYOND YOUR CAPABILITY

penjejakalam@blogspot.com

Sunday, April 1, 2012

Makassar : Kembara Merampung Janji (bahagian 2)

Benteng
DARI BENTENG KE AKKARENA 28 Januari

Pagi tanpa rencana khusus. Kehadiran Apo', perjaka kelahiran Mandar dengan wajah keanakan dan penuh aura bersahabat. Penampilan yang ringkas dan santai membuatkan aku mula kehilangan canggung. Aku memilih untuk tinggal bersama Apo' berbanding kost di Pondok Puteri. Alasannya mudah, aku boleh merokok. Meski sebenarnya aku terasa kurang bebas bergerak jika bersama puteri-puteri UMI di sini. Tambahan pula sikap ramah mereka membuatkan aku semakin segan. Selesai bersarapan kami ke panti asuhan tempat Apo' menginap. Rencananya selepas ini ke Mall untuk menghabiskan masa sebelum berkunjung ke Fort Rotterdam dan petangnya menghayati 'sunset' di Akkarena.
Memandangkan masa masih terlalu awal untuk berlegar, kami dipelawa untuk menonton wayang. Nuansa mewah dan selesa ketika memasuki bioskop membuatkan aku dengan cepat terasa mengantuk. Apatah lagi cerita yang terpapar bergerak lamban dan sedikit bosan. Ku pilih untuk terlelap sambil sekali sekala terkejut mendengar teriakan audien yang hanya memenuhi kurang satu perempat bangku.

Usai menonton, tanpa aku tahu jalan ceritanya, kami ke Gramedia - toko buku terkemuka di Indonesia. Aku tersenyum senang. Bawalah aku ke butik, mungkin aku boleh berlalu tanpa membelek satupun jualan di dalamnya. Atau ke restoran-restoran hebat. Aku bisa sahaja duduk dengan muka bodoh. Tapi bukan ketika memasuki kedai buku. Edensor adalah judul pertama yang kucari. Tapi malang, seperti mana Medan dan Batam, stok telah kehabisan. Lupakan. Masih banyak pilihan lain. Dan setelah membelek senarai penulis, Habiburrahman tetap pilihan pertama. Selain Andrea Hirata dan Tere Liye. Yang lainnya aku belum akrab dengan jalan fiksi mereka. Tiba-tiba seorang pembantu kedai menghampiri dan menyuakan beg buku kepadaku. Baru aku terperasan, sudah lebih 8 naskah novel yang kujinjit!



Benteng Ujung Pandang atau Benteng Panyyua yang terletak di pinggir pantai sebelah barat kota Makassar merupakan objek wisata peninggalan kerajaan Gowa-Tallo. Benteng ini kemudian di serahkan kepada Belanda sebagai syarat memenuhi Perjanjian Bungayya (Bogaya) setelah Makassar takluk kepada angkatan Arung Palakka dan Cornellis Speelman. Namanya diubah kepada Fort Rotterdam, sempena nama daerah kelahiran Speelman.

Pengunjung masih kurang ketika kami tiba di sini. Sepertimana Losari, Benteng juga masih dalam proses renovasi. Tiada apa yang menarik untuk di lihat. hanya bangunan dan sedikit puing-puing sejarah tinggalan kerajaan agung Gowa sedikit masa lalu.

Kaunter yang agak tersorok di sebalik tembok, kelihatan seakan bilik jaga. Mendaftar masuk dan sedikit sumbangan untuk kegunaan pengurusan. Mengitari kawasan sekitar sekadar untuk membuang waktu. Bosan. Tiada yang menarik untuk dijadikan santapan mata. Akhirnya kami berehat menghadap pintu masuk sambil memerhatikan kehadiran pengunjung yang semakin ramai.

Apo', PanRita dan Ichsan

Aku dengan kebiasaanku, menjadi pemerhati pada gelagat setiap pengunjung yang hadir mula berfikir. Untuk apa mereka datang ke sini? Kenapa ingin menghabiskan waktu melawat tempat sebegini. Sebabnya mudah, kalau diperhatikan, tidak ada yang benar-benar punya rasa ingin tahu. Atau mereka datang sekadar untuk berseronok? Keadaan begini juga ku temui kala berada di Gerbang Santiago, Kota A Famosa, Melaka. Kebanyakan pengunjung tersenyum bangga bergambar (berfoto kata orang Indonesia) kenangan dari sisa keruntuhan bangsanya. Lupakah mereka bahawa ini adalah puing-puing sejarah kehancuran sebuah bangsa agung suatu ketika dahulu? Atau aku terlalu idealistik... Entah!!



Pengunjung mula berpusu-pusu. Lapangan parkir yang tadinya lengang kini sesak. Sekumpulan anak muda baru sahaja masuk. Kami mula berdiskusi untuk menentukan destinasi seterusnya dan juga esok. Akkarena disepakati. Tapi untuk esok punya dua pilihan. Trans Studio, kompleks kebanggaan marga makassar atau Bantimurung, wisata alam dengan rimbun hutan dan dinginnya air terjun. Bagi aku, amat mudah untuk membuat pilihan... Bantimurung.

Untuk destinasi seterusnya, kami ke Akkarena. Terletak tidak jauh dari Trans Studio Makassar. Debur ombak dan tiupan angin yang agak keras menyambut kedatangan kami. Pengunjung masih kurang, mungkin kerana di sini dikenakan bayaran untuk masuk maka kehadiran pengunjung agak terbatas. Hamparan pasir hitam di sepanjang pantai menimbulkan suasana berbeza. Kelihatan suram tetapi mempesona. Damai. Batuan pejal dan ombak yang agak liar menjadikan pantai ini kurang sesuai untuk tujuan mandi-manda, terutama bagi keluarga dengan anak yang masih kecil. Pengunjung memilih untuk santai, sama ada di pantai atau pelantar seakan dermaga.

Senja di Akkarena

Hari semakin senja. Langit mula merona jingga. Damai yang ku rasa di Losari terus terbawa ke Akkarena. Semakin tenang dan damai. Meski bayang Imma tidak pernah luput, namun rasa ini jauh berbeza berbanding sebelum kedatangan ku ke Makassar. Pasrah dan redha yang tuntas... Menanti saat matahari terbenam antara saat yang sentiasa meninggalkan kesan bagiku. Senja di belantara ternyata lebih mengasyikkan berbanding di tepian pantai. Mungkin kerana latarku yang lebih akrab dengan hutan. Namun Pantai juga tidak mengecewakan.

Menghayati keindahan

Sepanjang berada di pelantar aku perhatikan majoriti pengunjung adalah golongan muda-mudi yang datang berpasangan. Duduk berdua sambil menikmati keindahan senja di Akkarena. Cukup romantis, dan jujurnya aku sedikit cemburu dengan mereka. Aku cuma duduk memerhati, berasa malas untuk menafsir apa lagi membuat andaian. Pedulikan mereka dengan cara yang mereka pilih. Aku hanya ingin menikmati saat-saat penuh ketenangan sambil mengenang setiap detik yang pernah kulalui bersama Imma. Dan aku rasa bahagia dengan caraku.


Kami beransur pulang ketika alam mula dibungkus kegelapan. Kembali menyusur ke Losari dan singgah sebentar menghadap jajan di tepian jalan. Pisang Epe', pisang salai dengan pelbagai perisa yang rasanya belum pernah ku temui di negara sendiri. Tapi sewaktu masih kanak-kanak kami sering memakannya meski tanpa perisa istimewa. Di sini, pisang yang disalai ditambah dengan siraman air gula merah dan parutan sama ada cokelat, keju atau durian. Sedap dan menyelerakan tetapi terlalu manis bagiku.

Kami kembali ke kost dan berehat untuk perjalanan esok. Aku habiskan masa dengan membaca novel yang baru sahaja ku beli. Dan dari rak buku Apo' aku tertarik dengan sebuah buku usang yang ternyata novel cinta agung Laila Majnun. Mata yang letih kembali segar sebaik mula membaca himpunan akasara dari sebuah naratif yang menjadi role model kisah cinta muda-mudi. Aku terlupa Bantimurung untuk seketika. Waktu seakan kaku dan aku larut dalam penghayatan kisah Qaisy mencari Laila. Entah bila aku terlelap, aku sendiri tidak pasti...

Sunday, February 26, 2012

Makassar : Kembara Merampung Janji (bahagian 1)

Losari..
Aku ingin menyintai
Menyayangi
walau tidak memiliki....
~ PanRita 2012~

Permata UMI...

Kembara kali ini punya misi peribadi. Misi untuk merampungkan janji buat dia yang telah pergi. Istimewa buat insan yang bersemadi di hati. Imma, semoga kau tenang di sisi Illahi...

Bermula usai meladeni naratif Pak Arena (SN Arenawati), "Sukma Angin".. terbersit rindu pada tanah leluhur. Meski aku pernah sekali merentas Selat Sulawesi, namun Makassar @ Jumpadang masih gagal ku jejak. Hanyut dalam lakaran pengalaman pak Arena, aku jadi rindu pada Losari. Riak air yang menyimpan seribu catatan duka bangsaku. di dasarnya adalah sejarah keagungan manusia pelaut tersohor, meski akhirnya 'bangga' digelar lanun seantero nusantara. Losari juga adalah titik akhir sebuah janji. Termeterai antara dua hati... meski akhirnya aku terpaksa merelakan pemergiannya menyahut panggilan Yang Maha Khaliq...

27 Januari
Bandara Hasanuddin akhirnya takluk. Berbeza dengan Hang Nadim mahupun Polonia, kehadiran kami di sini merentasi aero bridge, bukan menapak dari tangga pesawat hingga ke ruang ketibaan. Tanpa perlu bersusah payah menunggu bagasi, aku bergegas keluar. Jadual ketibaan yang agak telat merisaukan aku. Ada getar halus kala berpapasan dengan orang-orang yang sedang menanti ketibaan tamu mereka. Bahasa yang tidak asing bagiku, seakan kembali ke akar umbi kehidupan bangsa sendiri.

Dari bandara, berteman 3 cewek cantik kami terus ke kost Pondok Puteri, terletak di belakang kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI). sedikit kalut sebab aku belum lagi menukarkan ringgit ke rupiah. Mujur Ms Dee 'bermurah hati' untuk menolong. Berehat sebentar di kost para puteri UMI sebelum bergerak ke Perintis untuk makan malam. Buat pertama kalinya aku menaiki beca. Pengangkutan yang sudah pupus di Malaysia, kalau adapun agak sukar ditemui. Seterusnya menaiki angkot atau lebih dikenali sebagai pete-pete kami ke lesehan untuk mengalas perut.

Univeritas Muslim Indonesia (UMI)


Menu yang belum akrab, terasa janggal untuk memilih. Malah cara penyediaan juga berbeza. Untuk memesan, disediakan senarai menu untuk diisi sendiri. Terbayang semasa di Medan tempoh hari, kami dihidang dengan pelbagai jenis lauk yang kemudiannya dibayar mengikut jumlah yang di makan. Makan dalam keadaan bersila sedikit merisaukan aku. Dengan kaki yang mudah kebas, aku bimbang jika ditafsir sombong oleh orang lain. Bagi yang sudah biasa, mereka faham keadaanku. Tapi bagi yang pertama kali bersua pastinya terbersit rasa menyampah.

Selesai mengalas perut, tiba-tiba Ms Dee mengusulkan untuk ke Losari. Oleh kerana tujuan utama aku ke sini adalah Losari maka dengan hati yang berbunga-bunga aku terus bersetuju. Berhimpit dalam teksi kami mula bergerak ke Losari. Sekitar 20 minit kemudian, kami selamat tiba di sana. Losari masih dalam proses renovasi, maka terlihat agak serabut dengan segala macam peralatan. Tersergam gagah mercu tanda Pantai Losari, tapi yang jelas aku gagal menemukan pantainya. Teringat ketika santai di Penang atau Waterfront Kuching. Situasinya lebih kurang sama. Air yang berkeladak dengan genangan sampah, penjaja, pemuzik dan segala macam penghuni meramaikan suasana.

Losari di malam hari

Getar kian terasa. Di setiap sudut aku seakan melihat kelibatnya.. Janjiku kini hanya menanti masa untuk dirampung. Sebak mula mencengkam ulu hati. Mata seakan kabur dek genangan air yang ingin merembes keluar. Ku gagahkan hati untuk melafaz kalimah janjiku. Dan alam seakan diam, larut membendung emosi dan kehadirannya makin terasa. setiap kelibat yang kulihat adalah citra dirinya yang utuh menjulang setiap kalimah. Untukmu Imma, abang tunaikan janji yang abang lafazkan selama ini. Telah ku bisikkan pada Losari, cintamu terpatri di hati. Aku ikhlaskan pemergianmu, aku redha atas ketentuan Illahi. Semoga kau tenang di sisiNya. Al-Fateha buat insan yang amat ku sayangi. Amin.

Tenang. Damai.Terima kasih Tuhan....


ilusi optik??
ANDAI INI YANG TERAKHIR
Andai ini bicara yang terakhir
(sekadar berbisik)
Ya Khaliq...
Izinkan aku merawat lara
Lewat timbunan lembar kata
Menghimpun mantera
Sisa-sisa nestapa

Andai ini kasih yang terakhir
(munajat memohon rahmat)
Ya Rahman... Ya Rahim
Anugerahkan rasa ini
Pada dia yang mendamba

Andai ini nafasku yang terakhir
Hanya pada Mu
Ya Rabb..
Bisik munajatku mengharap redha
izinkan kami menyatu
di mandala Mu yang abadi

Andai ini yang terakhir dariku
Pahatkan kata
lestari sejagat raya
Kerna aku pasrah pada pasti
cinta ini tak akan pernah berakhir